BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit
ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi,
terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana
terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak
endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan
kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini
menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang
pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi
penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang
Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai
Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, diare dan
malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Bengkulu.
Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 ditemukan kasus
malaria klinis sebanyak 4123 kasus (Mahfudin, 2011). Sedangkan menurut data Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penderita malaria di Kota Bengkulu,
Bengkulu sejak Januari hingga April 2011 mencapai 4.295 orang (Sinambela, 2011)
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran penyakit
malaria dan penyebarannya di Provinsi Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan
nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011)
B. Nyamuk
Anopheles
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit
kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46
species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari
species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan
penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles
yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan
ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria
yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria
tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria
quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali
dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan
Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari
satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis
parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax
atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun
hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di
daerah yang tinggi angka penularannya.
1. Siklus Hidup Nyamuk
Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai
tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan
tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya
dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
a. Tingkatan di dalam air.
b. Tingkatan di luar temp at berair
(darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk
akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur.
jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka
telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih
sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan
kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung
pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh
menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan
tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari.
Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah
dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk
tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk
meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk
betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan
terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
2. Beberapa Aspek
Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan,
umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus
air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti
tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan
untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan
dengan bagan sebagai berikut:
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada
hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui yaitu :
a.
Perilaku Mencari Darah.
Perilaku
mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1)
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya
aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti.
ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif
mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
2)
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama
kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil
penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik
yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang
mencari darah didalam rumah.
3)
Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah
yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang
darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah
binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
4)
Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin
satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya,
nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap
sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada
species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus
gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
b.
Perilaku Istirahat.
Istirahat
bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu
menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat
yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih
lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies
yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada
pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus).
Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap
darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun
sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
c.
Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk
Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an.
Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus).
Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air
laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang
biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk
inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
3. Keterangan mengenai vektor
a. Umur Populasi Vektor.
Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan
lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu
cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa
persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk
yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur
(ovarium).
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor
telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%.
Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya
dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai
para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan,
pengabutan dan lain-lain).
b. Distribusi Musiman.
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi
musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan
menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan
sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah
tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada
musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana
densitas tertinggi pada musim kemarau
c. Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang
ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:
cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan
perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.
4. Cara penularan malaria
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
a. Penularan secara alamiah (natural
infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.
b. Penularan yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria,
penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
2) Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini
pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981,
pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan
menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien,
dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3) Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)
burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
C. Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina).
Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati
dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax
mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim
dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali
terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan
penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale
pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang
dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh
pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah
dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar
antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih
besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan
Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur.
Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
D. Gejala Malaria
Adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis
dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala
kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
1. Badan terasa lemas dan pucat karena
kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala
diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas
disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak
jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat
karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal
dari daerah malaria.
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu
paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu :
a) Stadium dingin (cold stage).
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian
dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya
pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada
anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai
1 jam.
b) Stadium demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya
penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau
lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh
pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam
aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi
matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung
dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena
ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut
malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam
di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit
dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c) Stadium berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat
tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah
suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari
tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara
2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada
setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita,
gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan
oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan
parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ
tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh
darah pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya
ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang
gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala
berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni
menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus
dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever
biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang
berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.
E. Upaya pengendalian
Terdapat beberapa upaya
yang dilakukan dalam program pencegahan malaria seperti pemakaian kelambu,
pengendalian vektor.
1. Pemakaian Kelambu
2. Pengendalian Vektor
Untuk meminimalkan
penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai
nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan
misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles
sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control (
menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain.
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah
dengan insektisida (IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan
kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus
dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable,
affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas
dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan
perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah
daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.
3. Diagnosis dan
Pengobatan
Selain pencegahan,
diagnosis dan pengobatan malaria juga merupakan upaya pengendalian malaria yang
penting.
BAB III
PEMBAHASAN
Nyamuk
Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung, ada
pula yang senang pada tempat-tempat teduh, dan ada pula species yang berkembang
dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut). Oleh karena perilaku
berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang
intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam
program pemberantasan.
Sebagian
daerah Provinsi Bengkulu merupakan rawa dan area persawahan. Lingkungan rawa
dan persawahan yang banyak membuat genangan air tersebut merupakan tempat yang
baik untuk perkembang biakan nyamuk anopheles. Dari penelitian Hasan Husein
(2007) nyamuk menyukai tempat lembab dan kotor sebagi tempat istirahat.
Sedangkan sebagian besar di Kota Bengkulu masyarakatnya sudah terbiasa dengan
lingkungan bersih seperti tidak adanya sampah di dalam rumah sehingga rumah
tidak kotor dan lembab. Hal ini juga didukung dengan fasilitas yang sudah
memadai seperti peralatan untuk kebersihan, alat-alat untuk memasak yang sudah
banyak menggunakan barang elektronik, sehingga tidak menimbulkan sampah.
Sedangkan Nyamuk Anopheles biasanya menyukai tempat yang lembab dan
kotor sebagi tempat istirahat. Lain halnya dengan di pedesaan yang belum banyak
yang mengerti tentang penanggulangan penyakigt malaria. Sebagian masyarakat
yang tinggal di pedesaan masih terbiasa dengan lingkungan yang kotor dan
lembab, sehingga memungkinkan perkembangan nyamuk anopheles lebih cepat.
Untuk
mencegah agar tidak terserang penyakit malaria maka warga yang tinggal di
daerah endemik penyakit tersebut sebaiknya tidur dengan menggunakan kelambu,
memberantas sarang nyamuk anopheles dengan menyemprotkan racun serta menerapkan
pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk memberantas penyakit malaria,
pemerintah membuat program yakni Program pembebasan malaria yang dilakukan
berdasarkan Keputusan Menteri nomor 293 tahun 2009 yang dilakukan di seluruh
Indonesia secara bertahap dari 2010,2015 dan 2020 sehingga untuk keseluruhan
Indonesia ditargetkan bebas malaria pada 2030. Provinsi Bengkulu menargetkan
pada 2020 bebas dari penyakit malaria yang dapat mengakibatkan kematian di
seluruh dunia. Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dengan lima
kebijakan pemerintah yang baru untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan
malaria sebelumnya.
Kebijakan
itu adalah diagnosa malaria yang harus dilakukan sampai ukuran mikroskopis
dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), pengobatan dengan metode Artemisinin
Combination Therapy (ACT), pencegahan penularan dengan pembagian kelambu yang
mengandung insektisida bagian dalamnya yang bisa bertahan tiga sampai lima
tahun, kerjasama lintas sektor dengan adanya Gerakan Berantas Kembali (Gebrak)
Malaria serta memperkuat desa siaga dengan pembuatan Pos Malaria Desa
(Posmaldes). RDT merupakan semacam tes darah yang hanya dengan waktu 15 menit
bisa diketahui hasil positif atau negatif malaria. Untuk ACT biaya pengobatan
ditanggung APBN dan diberikan gratis bagi penderita malaria.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, diare dan malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Bengkulu. Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 4123 kasus. Provinsi Bengkulu menargetkan pada 2020 bebas dari penyakit malaria yang dapat mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dengan lima kebijakan pemerintah yang baru untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan malaria sebelumnya.
B. Saran
Diharapakan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.
Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan husein,2007, “Analisis Faktor Risiko
Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu
Provinsi Bengkulu” http://eprints.undip.ac.id/17530/1/Hasan_Husin.pdf diakses tanggal 7 Mei 2012
Lucky Club - Play Lucky Club Casino Site Online
BalasHapusPlay our exciting online casino games at Lucky Club. Explore games from the biggest providers such as Microgaming, 카지노사이트luckclub NetEnt, Play'n Go, Microgaming, Play'n GO, and many